Wednesday 21 August 2013

Wali Songo



Sunan Ampel
Sunan Ampel putra Syaikh Ibrahim as-Samakandi adalah tokoh Wali Songo tertua yang berperanan besar dalam pengembangan dakwah Islam di Jawa dan tempat lain di Nusantara. Melalui Pesantren Ampeldenta, Sunan Ampel mendidik kader-kader pengerak dakwah Islam seperti Sunan Giri, Raden Patah, Raden Kusen, Sunan Bonang, dan Sunan Drajat. Dengan cara menikahkan juru dakwah Islam dengan putrid-putri penguasa bawahan Majapahit, Sunan Ampel membentuk keluarga-keluarga muslim dalam satu jaringan kekerabatan yang menjadi cikal-bikal dakwah Islam di berbagai daerah. Sunan Ampel sendiri menikahi putri Arya Teja, Bupati Tuban, yang juga cucu Arya Lembu Sura Raja Surabaya yang muslim. Jejak Sunan Ampel tidak hanya di Surabaya dan ibukota Majapahit, melainkan meluas sampai ke daerah Sukadana di Kalimantan.




Sunan Giri
Sunan Giri putra Syaikh Maulana Ishak adalah tokoh Wali Songo yang berkedudukan sebagai raja sekaligus guru suci (pandhita ratu). Ia memiliki peranan penting dalam pengembangan dakwah Islam di Nusantara dengan memanfaatkan kekuasaan dan jalur perniagaan. Sebagaimana guru sekaligus mertuanya, Sunan Ampel, Sunan Giri mengembangkan pendidikan dengan meneriam murid-murid dari berbagai daerah di Nusantara. Sejarah mencatat, jejak dakwah Sunan Giri beserta keturunannya mencapai daerah Banjar, Martapura, Pasir, dan Kutai di Kalimantan, Buton dan Gowa di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara, bahkan Kepulauan Maluku.




Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel dari pernikahan dengan Nyai Ageng Manila putrid Arya Teja Bupati Tuban. Sunan Bonang dikenal sebagai tokoh Wali Songo yang ulung dalam berdakwah dan menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra, arsitektur, dan berbagai ilmu kesaktian dan kedigdayaan. Dakwah awal dilakukan Sunan Bonang di daerah Kediri yang menjadi pusat ajaran Bhairawa-Tantra. Dengan membangun masjid di Singkal yang terletak di sebelah barat Kediri, Sunan Bonang mengembangkan dakwah Islam di pedalaman yang masyarakatnya masih menganut ajaran Tantrayana. Setelah meninggalkan Kediri, Sunan Bonang berdakwah di Lasem. Sunan Bonang dikenal mengajarkan Islam melalui wayang, tasawuf, tembang, dan sastra sufistik. Karya sastra sufistik yang digubah Sunan Bonang dikenal dengan nama Suluk Wujil.


Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra Tumenggung Wilatikta Bupati Tuban. Sunan Kalijaga dikenal sebagai tokoh Wali Songo yang mengembangkan dakwah Islam melalu seni dan budaya. Sunan Kalijaga termasyhur sebagai juru dakwah yang tidak saja piawai mendalang melainkan dikenal pula sebagai pencipta bentuk-bentuk wayang dan lakon-lakon carangan yang dimasuki ajaran Islam. Melalui pertunjukan wayang, Sunan Kalijaga mengajarkan tasawuf kepada masyarakat. Sunan Kalijaga dikenal sebagai tokoh keramat oleh masyarakat dan dianggap sebagai wali pelindung Jawa.

Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati adalah putra Sultan Hud yang berkuasa di wilayah Bani Israil, yang masuk wilayah Mesir. Sunan Gunung Jati dikenal sebagai tokoh Wali Songo yang menurunkan sultan-sultan Banten dan Cirebon. Strategi dakwah yang dijalankan Sunan Gunung Jati adalah memperkuat kedudukan politis sekaligus memperluas hubungan dengan tokoh-tokoh berpengaruh di Cirebon, Banten dan Demak melalui pernikahan. Selain itu, Sunan Gunung Jati menggalang kekuatan dengan menghimpun orang-orang yang dikenal sebagai tokoh yang memiliki kesaktian dan kedigdyaan.

Syaikh Siti Jenar
Syaikh Siti Jenar adalah putra Syaikh Datuk Sholeh, seorang ulama asal Malaka. Syaikh Siti Jenar dikenal sebagai tokoh Wali Songo yang memilik pandangan-pandangan kontoversial di zamannya. Syaikh Siti Jenar dikenal sebagai penyebar ajaran Sasahidan yang berpijak kepada konsep manunggaling kawulo-Gusti. Syaikh Siti Jenar diketahui sebagai pengasas gagasan komunitas baru dengan mengubah konsep feodalistik kawulo (hamba, budak) menjadi egaliter melalui pembukaan hunian-hunian baru yang disebut Lemah Abang. Kemunculan komunitas masyarakat egaliter di dukuh-dukuh Lemah Abang yang dinisbatkan kepada Syaikh Siti Jenar atau Syaikh Lemah Abang kemudian berkembang menjadi varian Abangan.

Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung. Sunan Kudus dikenal sebagai tokoh Wali Songo yang tegas dalam menegakkan syariat. Namun, seperti wali yang lain, Sunan Kudus dalam berdakwah berusaha mendekati masyarakat untuk menyelami serta memahami kebutuhan apa yang diharapkan masyarakat. Itu sebabnya, Sunan Kudus dalam dakwahnya mengajarkan penyempurnaan alat-alat pertukangan, kerajinan emas, pande besi, membuat keris pusaka, dan mengajarkan hukum-hukum agam yang tegas. Sunan Kudus selain dikenal sebagai eksekutor Ki Ageng Pengging dan Syaikh Siti Jenar, juga dikenal sebagai tokoh Wali Songo yang memimpin penyerangan ke ibukota Majapahit dan berhasil mengalahkan sisa-sisa pasukan kerajaan tua yang sudah sangat lemah itu.




Sunan Muria
Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga. Sunan Muria merupakan tokoh Wali Songo yang paling muda usianya. Sebagaimana Sunan Kalijaga, Sunan Muria berdakwah melalui jalur budaya. Sunan Muria dikenal sangat piawai menciptakan berbagai jenis tembang cilik (sekar alit) jenis sinom dan kinanthi yang berisi nasihat-nasihat dan ajaran tauhid. Seperti ayahnya, Sunan Muria dikenal pintar mendalang dengan membawakan lakon-lakon carangan karya Sunan Kalijaga.

Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel dan adik Sunan Bonang. Sunan Drajat dikenal sebagai tokoh Wali Songo yang mengembangkan Islam melalui pendidikan akhlak bagi masyarakat. Sunan Drajat dikenal memiliki kepedulian tinggi terhadap nasib fakir miskin. Sunan Drajat mendidik masyarakat sekitar untuk memperhatikan nasib kaum fakir miskin, mengutamakan kesejahteraan umat, memiliki empati, etos kerja keras, kedermawanan, pengentas kemiskinan, usaha menciptakan kemakmuran, solidaritas sosial, dan gotong royong. Sunan Drajat juga mengajar masyarakat cara-cara membuat rumah dan membuat tandu.

(Dipetik dari Atlas Wali Songo oleh Agus Sunyoto)